Rabu, 02 Desember 2015

MASALAH PRIBADI SISWA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pengertian Masalah Pribadi
Masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan dihadapi oleh manusia sebagai individu (pribadi). Dilihat dari permasalahan yang diangkat yaitu individu, masalah yang dibahas ditinjau dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang memperoleh masalah. Masalah yang biasanya dialami suatu individu/pribadi mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis, maupun dalam proses sosialisasi yang dialami suatu individu tersebut.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pribadi siswa
1.      Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu­an psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteli­gensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit indivi­du itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata­rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berhar­ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. ­Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

2.      Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendo­rong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva­si intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena memba­ca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergan­tung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
a.       Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c.       Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misal­kan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta­huan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
e.       Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru dan orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar siswa menjadi lemah.

3.      Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi penga­ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

4.       Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng­aruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha membe­rikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajar­an yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

5.      Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisi­kan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemam­puan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaku­kan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung­an dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.






BAB II
PEMBAHASAN

a)      Tugas BK dalam memecahkan masalah pribadi siswa
Tugas BK dalam memecahkan masalah pribadi siswa adalah dengan melakukan bimbingan pribadi. Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Menurut Winkel &Sri Hastuti (2006: 118-119) bimbingan pribadi berarti bimbingan dalam memahami keadaan batinnya sendiri dan mengatasi  berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian,  perawatan jasmani,  pengisian waktu luang,  penyaluran nafsu seksual dan sebagainya. Prayitno (1997:63) mengartikan layanan bimbingan pribadi adalah membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Pendapat lain yang dikemukakan Hibana S. Rahman (2002:39) bahwa layanan bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

b)     Jenis –Jenis Bimbingan dan masalah yang dihadapi siswa
1.      Bimbingan akademik
Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah akademik yaitu : pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugasdan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang akademik :
a)      Kurang memiliki kepuasaan belajar yang baik;
b)      Kurang memahami cara belajar yang efektif;
c)      Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar,
d)     Kurang memahami cara membaca buku yang efektif,
e)      Kurang memahami cara membagi waktu belajar,
f)      Kurang menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu.

Fungsinya
Bimbingan akademik berfungsi untuk  mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/ pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

Tujuannya
1.      Memiliki sikap dan belajar positif
2.      Memiliki motivasi dalam belajar sepanjang hayat
3.      Memiliki keterampilan belajar yg efektif
4.      Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan belajar
5.      Memiliki kesiapan mental dalam menghadapi pembelajaran
6.      Memiliki keterampilan membaca buku
2.      Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan social merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah social pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah social pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan penyelesaian konflik.
Bimbingan social pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.

A.    Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang sosial :
Berperilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi :
1.      Kurang menyenangi kritikan orang lain;
2.      Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan;
3.      Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik di kampus maupun dimasyarakat.
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, meliputi :
1.      Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis;
2.      Merasa tidak senang kepada teman yang suka mengkritik.
Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, meliputi :
1.      Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan;
2.      Sikap yang kurang positif terhadap hidup berkeluarga.

B.     Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang pribadi :
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup :
1.      Kurang motivasi untuk mempelajari agama sebagai pedoman hidup;
2.      Kurang memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup;
3.      Kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan;
4.      Masih merasa malas untuk melaksanakan shalat;
5.      Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur.
Perolehan system nilai, meliputi :
1.      Masih memiliki kebiasaan berbohong;
2.      Masih memiliki kebiasaan mencontek;
3.      Kurang berdisiplin (khususnya memelihara kebersihan).
Kemandirian emosional, meliputi :
1.      Belum mampu membebaskan diri dari perasaan atau perilaku kekanakkanakan;
2.      Belum mampu menghormati orang tua atau orang lain secara ikhlas.
3.      Masih kurang mampu menghadapi atau mengatasi situasi frustrasi (stress) secara positif.
Pengembangan keterampilan intelektual, meliputi :
1.      Masih kurang mampu mengembil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang;
2.      Masih suka melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan baik buruknya,untung-ruginya.
Menerima diri dan mengembangkan secara efektif, meliputi :
1.      Kurang merasa bangga dengan keadaan diri sendiri;
2.      Merasa rendah diri, apabila bergaul dengan orang lain yang mempunyai kelebihan (seperti teman yang lebih cantik/ cakep)
Tujuannya :
1.      pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
2.      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranya masa depan
3.      Pemantapan pemahaman tentang kelamahan diri dan usaha penanggulanganya.
4.      Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
5.      Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya.
6.      Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan secara efektif
7.      berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

Fungsinya :
Memberikan wawasan kepada pribadi siswa bahwa pentingnya berjiwa sosial karena manusia adalah bersifat sosial bukan individu yg membutuhkan manusia lain, dan berfungsi sebagai pendukung terciptanya belajar yg efektif dan efisien dengan bantuan lingkungan sekitar, jika lingkungan tidak mendukung maka akan menghambat jalannya proses belajar dan mengganggu siwa dalam hasil belajar.
  
3)    Bimbingan karir
a. Pengertian
Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti : pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki system kehidupan social budaya yang terus menerus berubah.
            Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Dengan layanan bimbingan karir, individu mampu menentukan dan mengembil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab keputusan yang diambilnya sehingga mereka mampumewujudkan dirinya secara bermakna. Bimbingan karir adalah sebuah hal yang paling penting untuk mengarahkan siswa-siswa sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya. Pemilihan karir yang tepat pada siswa, akan memberikan kepuasan dan akan meraih hasil yang maksimal.
            Bimbingan karir juga merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah. Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi.
            Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tunutan pekerjaan / karir yang dipilihnya (Ruslan A.Gani : 11)
            Menurut Herr bimbingan karir adalah  suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi, 2003:113).
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab.
Kekeliruan pada pemilihan karir, akan berdampak secara luas pada kehidupan seseorang selanjutnya, yang kemungkinan akan menurunkan prestasi bahkan frustasi dan gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang diperoleh tidak maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang sebenarnya lebih dominan dan lain-lain.
Salah satu tempat yang paling tepat dalam pengarahan dan pencerahan pemilihan minat dan bakat (bimbingan karir) adalah pada saat usia remaja, sekitar usia sekolah menengah atas. Bahkan dirasakan, pemilihan karir pada usia ini adalah sebuah kewajiban untuk membantu siswa-siswa menentukan karirnya kedepan. Usia ini, merupakan pangkal dari masalah seseorang yang akan dijalaninya pada usia perkembangan selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengarahkan dan membantu siswa memberikan bimbingan ini adalah dengan menggunakan tes psikologi. Tes psikologi untuk bimbingan karir, biasanya tidak hanya satu alat tes, tetapi beberapa tes yang akan di compare, untuk menentukan dan mengarahkan langkah apa yang seharusnya diambil oleh siswa dengan karirnya kedepan. Diharapkan dengan bimbingan karir ini, siswa lebih terfokus pada sesuatu yang memang diminatinya, berbakat dibidangnya dan mempunyai kemampuan tentangnya.
b.      Tujuan
Bimbingan karir pada siswa adalah sebagai berikut (dalam Sukardi, hal 8): 
1.      Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat, kepribadian, sikap dan sebagainya).
2.      Dengan mengenal aspek-aspek dirinya, siswa diharapkan dapat menerima keadaan dirinya secara objektif.
3.      Membantu siswa untuk dapat mengemukakan berbagai aspek yang dimilikinya. 
4.      Membantu siswa untuk dapat mengelola informasi dirinya.
5.      Membantu siswa agar dapat mengemukakan informasi dirinya sebagai dasar perencanaan dan pembuatan keputusan dimasa depan.
c.    Fungsinya
Melihat begitu pentingnya bimbingan karir ini, sehingga diharapkan setiap anak (siswa) terutama pada usia sekolah menengah harus mendapatkannya. Bantuan yang diberikan akan membatu mereka menjalani hidup mereka penuh dengan penerimaan, sesuai dengan minat dan bakatnya, dan diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, karena karir yang dipilihnya merupakan potensi yang dimilikinya. Sehingga tidak ada lagi kata-kata, “bakat yang terpendam”.

4)    Bimbingan keluarga
a.     Pengertian
            Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
            Family counseling (konseling keluarga) didefinisikan sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis, sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman (comfortable).
             Bimbingan keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mapu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdaya diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan Norma keluarga, serta berperan serta berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
            Menurut pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri (Soelaeman 1994 : 5-10).
b.      Tujuan
1.      Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2.      Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3.      Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4.      Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
c.       Fungsinya
            Memberikan wawasan tentang masalah keluarga demi mendukung proses belajar mengajar, jika siswa mengalami masalah didalam keluarganya akan mengakibatkan siswa terganggu dalam proses belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar, dan disinilah fungsi bimbingan keluarga memberikan solusi kepada siswa dalam memecahkan masalahnya sehingga mendukung proses belajar siswa.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari uraian dan keterangan diatas bimbingan dan konseling sangat berpengaruh dan sangat penting bagi siswa dalam memecahkan permasalahan pribadi dan segala hal yang ada dikehidupan ini,dari bimbingan akademik, pribadi sosial, karir, sampai permasalahan yg ada keluarga, karena bimbingan konseling ini berfungsi sebagai pemecah suatu permasalahan atau problematika kehidupan.


DAFTAR  PUSTAKA

1.      Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling,Bandung : Remaja Rosdakarya
2.      Prayitno dan Amti, Erman, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,Jakarta : Rineka Cipta.
3.      Dewaketut, Sukardi, 2008,  Pengantar Pelaksanaan Bk disekolah, Jakarta : Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar