MASALAH PRIBADI SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Masalah Pribadi
Masalah
pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan dihadapi oleh manusia sebagai
individu (pribadi). Dilihat dari permasalahan yang diangkat yaitu individu,
masalah yang dibahas ditinjau dari faktor-faktor yang melekat pada individu
yang memperoleh masalah. Masalah yang biasanya dialami suatu individu/pribadi
mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis, maupun dalam proses sosialisasi
yang dialami suatu individu tersebut.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
pribadi siswa
1.
Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada
umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang
lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive
control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswanya.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada siswa.
2.
Motivasi
Motivasi
adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut
sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi
juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik
memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut
Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain adalah:
a. Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b. Adanya
sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c. Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebagainya;
d. Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan
lain-lain.
e. Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru dan orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar siswa menjadi
lemah.
3.
Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat
bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang
tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak
mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk
membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik
mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah
baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.
4.
Sikap
Dalam
proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha
mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus
kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang
dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari
bermanfaat bagi diri siswa.
5.
Bakat
Faktor
psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada
dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan
dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa
akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
a)
Tugas BK
dalam memecahkan masalah pribadi siswa
Tugas
BK dalam memecahkan masalah pribadi siswa adalah dengan melakukan bimbingan
pribadi. Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing
kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan
pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan
diri dengan lingkungannya secara baik. Menurut Winkel &Sri Hastuti (2006:
118-119) bimbingan pribadi berarti bimbingan dalam memahami keadaan batinnya
sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam
mengatur diri sendiri dibidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian
waktu luang, penyaluran nafsu seksual
dan sebagainya. Prayitno (1997:63)
mengartikan layanan bimbingan pribadi adalah membantu siswa menemukan dan mengembangkan
pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta
sehat jasmani dan rohani. Pendapat lain yang dikemukakan Hibana S. Rahman
(2002:39) bahwa layanan bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan yang
diberikan kepada siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya
sehingga menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan
potensi yang dimiliki.
b) Jenis
–Jenis Bimbingan dan masalah yang dihadapi siswa
1. Bimbingan akademik
Bimbingan
akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong
masalah-masalah akademik yaitu : pengenalan kurikulum, pemilihan
jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugasdan latihan,
pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan
lain-lain. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang akademik :
a) Kurang memiliki kepuasaan belajar yang baik;
b) Kurang memahami cara belajar yang efektif;
c) Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar,
d) Kurang memahami cara membaca buku yang efektif,
e) Kurang memahami cara membagi waktu belajar,
f) Kurang menyenangi
pelajaran-pelajaran tertentu.
Fungsinya
Bimbingan
akademik berfungsi untuk mengembangkan
suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar,
mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam
belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/
pendidikan. Dalam bimbingan akademik, para pembimbing berupaya memfasilitasi
individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
Tujuannya
1. Memiliki sikap dan belajar positif
2. Memiliki motivasi dalam belajar sepanjang hayat
3. Memiliki keterampilan belajar yg efektif
4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan belajar
5. Memiliki kesiapan mental dalam menghadapi pembelajaran
6. Memiliki keterampilan membaca buku
2.
Bimbingan Pribadi
Sosial
Bimbingan
social merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan
masalah-masalah social pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah social
pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf,
pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan
pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan penyelesaian konflik.
Bimbingan
social pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan
kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini
merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang
dialami oleh individu.
A.
Masalah-masalah yang berkaitan
dengan bidang sosial :
Berperilaku sosial yang bertanggung
jawab, meliputi :
1. Kurang menyenangi kritikan orang
lain;
2. Kurang memahami tata karma (etika)
pergaulan;
3. Kurang berpartisipasi dalam kegiatan
sosial, baik di kampus maupun dimasyarakat.
Mencapai hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya, meliputi :
1. Merasa malu untuk berteman dengan
lawan jenis;
2. Merasa tidak senang kepada teman
yang suka mengkritik.
Mempersiapkan pernikahan dan hidup
berkeluarga, meliputi :
1. Sikap yang kurang positif terhadap
pernikahan;
2. Sikap yang kurang positif terhadap
hidup berkeluarga.
B.
Masalah-masalah yang berkaitan
dengan bidang pribadi :
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mencakup :
1. Kurang motivasi untuk mempelajari
agama sebagai pedoman hidup;
2. Kurang memahami bahwa agama sebagai
pedoman hidup;
3. Kurang memiliki kesadaran bahwa
setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan;
4. Masih merasa malas untuk
melaksanakan shalat;
5. Kurang memiliki kemampuan untuk
bersabar dan bersyukur.
Perolehan system nilai, meliputi :
1. Masih memiliki kebiasaan berbohong;
2. Masih memiliki kebiasaan mencontek;
3. Kurang berdisiplin (khususnya
memelihara kebersihan).
Kemandirian emosional, meliputi :
1. Belum mampu membebaskan diri dari
perasaan atau perilaku kekanakkanakan;
2. Belum mampu menghormati orang tua
atau orang lain secara ikhlas.
3. Masih kurang mampu menghadapi atau
mengatasi situasi frustrasi (stress) secara positif.
Pengembangan keterampilan
intelektual, meliputi :
1. Masih kurang mampu mengembil
keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang;
2. Masih suka melakukan sesuatu tanpa
mempertimbangkan baik buruknya,untung-ruginya.
Menerima diri dan mengembangkan
secara efektif, meliputi :
1. Kurang merasa bangga dengan keadaan
diri sendiri;
2. Merasa rendah diri, apabila bergaul
dengan orang lain yang mempunyai kelebihan (seperti teman yang lebih cantik/
cakep)
Tujuannya :
1. pemantapan sikap dan kebiasaan serta
pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
2. Pemantapan pemahaman tentang
kekuatan diri dan pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan
produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranya masa depan
3. Pemantapan pemahaman tentang
kelamahan diri dan usaha penanggulanganya.
4. Pemantapan kemampuan mengambil
keputusan.
5. Pemantapan kemampuan mengarahkan
diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya.
6. Pemantapan kemampuan berkomunikasi,
baik melalui lisan maupun tulisan secara efektif
7. berargumentasi secara dinamis,
kreatif dan produktif.
Fungsinya :
Memberikan wawasan kepada pribadi siswa bahwa pentingnya
berjiwa sosial karena manusia adalah bersifat sosial bukan individu yg
membutuhkan manusia lain, dan berfungsi sebagai pendukung terciptanya belajar
yg efektif dan efisien dengan bantuan lingkungan sekitar, jika lingkungan tidak
mendukung maka akan menghambat jalannya proses belajar dan mengganggu siwa dalam
hasil belajar.
3) Bimbingan karir
a. Pengertian
Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk
membantu individu dalam perencanaan,pengembangan dan pemecahan masalah-masalah
karir seperti : pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir
yang dihadapi.Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan
perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan
perkembangan kemampuan kognitif, afektif maupun keterampilan individu dalam
mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan,
maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya
memasuki system kehidupan social budaya yang terus menerus berubah.
Bimbingan karir merupakan upaya
bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal
dunia kerjanya, mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk
kehidupannya yang diharapkan. Dengan layanan bimbingan karir, individu mampu
menentukan dan mengembil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab keputusan
yang diambilnya sehingga mereka mampumewujudkan dirinya secara bermakna.
Bimbingan karir adalah sebuah hal yang paling penting untuk mengarahkan
siswa-siswa sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya. Pemilihan karir
yang tepat pada siswa, akan memberikan kepuasan dan akan meraih hasil yang
maksimal.
Bimbingan karir juga merupakan salah
satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah. Menurut
Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi
tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang
dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari
program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang
studi.
Bimbingan karir adalah suatu proses
bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu
yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia
kerja merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk
menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut
adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan
persyaratan-persyaratan dan tunutan pekerjaan / karir yang dipilihnya (Ruslan
A.Gani : 11)
Menurut Herr bimbingan karir
adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik,
proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami
dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan
dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi, 2003:113).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap peserta
didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya,
mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,
mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab.
Kekeliruan pada pemilihan karir, akan berdampak secara luas
pada kehidupan seseorang selanjutnya, yang kemungkinan akan menurunkan prestasi
bahkan frustasi dan gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi,
hasil yang diperoleh tidak maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang
sebenarnya lebih dominan dan lain-lain.
Salah satu tempat yang paling tepat dalam pengarahan dan
pencerahan pemilihan minat dan bakat (bimbingan karir) adalah pada saat usia
remaja, sekitar usia sekolah menengah atas. Bahkan dirasakan, pemilihan karir
pada usia ini adalah sebuah kewajiban untuk membantu siswa-siswa menentukan
karirnya kedepan. Usia ini, merupakan pangkal dari masalah seseorang yang akan
dijalaninya pada usia perkembangan selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengarahkan dan membantu siswa
memberikan bimbingan ini adalah dengan menggunakan tes psikologi. Tes psikologi
untuk bimbingan karir, biasanya tidak hanya satu alat tes, tetapi beberapa tes
yang akan di compare, untuk menentukan dan mengarahkan langkah apa yang
seharusnya diambil oleh siswa dengan karirnya kedepan. Diharapkan dengan
bimbingan karir ini, siswa lebih terfokus pada sesuatu yang memang diminatinya,
berbakat dibidangnya dan mempunyai kemampuan tentangnya.
b.
Tujuan
Bimbingan karir pada siswa adalah sebagai berikut (dalam
Sukardi, hal 8):
1. Agar siswa mampu mengenal
aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat, kepribadian, sikap dan
sebagainya).
2. Dengan mengenal aspek-aspek dirinya,
siswa diharapkan dapat menerima keadaan dirinya secara objektif.
3. Membantu siswa untuk dapat
mengemukakan berbagai aspek yang dimilikinya.
4. Membantu siswa untuk dapat mengelola
informasi dirinya.
5. Membantu siswa agar dapat
mengemukakan informasi dirinya sebagai dasar perencanaan dan pembuatan
keputusan dimasa depan.
c. Fungsinya
Melihat begitu pentingnya bimbingan karir ini, sehingga
diharapkan setiap anak (siswa) terutama pada usia sekolah menengah harus
mendapatkannya. Bantuan yang diberikan akan membatu mereka menjalani hidup
mereka penuh dengan penerimaan, sesuai dengan minat dan bakatnya, dan
diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, karena karir yang dipilihnya
merupakan potensi yang dimilikinya. Sehingga tidak ada lagi kata-kata, “bakat
yang terpendam”.
4) Bimbingan keluarga
a. Pengertian
Ki Hajar
Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan
merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan
masing-masing anggotanya.
Family counseling (konseling
keluarga) didefinisikan sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu
keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis, sehingga setiap anggota keluarga
dapat merasa nyaman (comfortable).
Bimbingan keluarga, merupakan upaya pemberian
bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka
mapu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdaya diri secara
produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan Norma keluarga, serta
berperan serta berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang
bahagia.
Menurut pengertian psikologis,
keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri
(Soelaeman 1994 : 5-10).
b. Tujuan
1. Membantu anggota keluarga untuk
belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan
di antara anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar sadar
akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin
merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari
anggota keluarga lainnya.
3. Bertindak terus menerus dalam
konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang
akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4. Mengembangkan apresiasi keluarga
terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
c. Fungsinya
Memberikan wawasan tentang masalah keluarga demi mendukung proses belajar
mengajar, jika siswa mengalami masalah didalam keluarganya akan mengakibatkan
siswa terganggu dalam proses belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar, dan
disinilah fungsi bimbingan keluarga memberikan solusi kepada siswa dalam memecahkan
masalahnya sehingga mendukung proses belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan keterangan diatas
bimbingan dan konseling sangat berpengaruh dan sangat penting bagi siswa dalam
memecahkan permasalahan pribadi dan segala hal yang ada dikehidupan ini,dari
bimbingan akademik, pribadi sosial, karir, sampai permasalahan yg ada keluarga,
karena bimbingan konseling ini berfungsi sebagai pemecah suatu permasalahan
atau problematika kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Yusuf,
Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling,Bandung : Remaja Rosdakarya
2.
Prayitno
dan Amti, Erman, 2004, Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling,Jakarta : Rineka Cipta.
3.
Dewaketut,
Sukardi, 2008, Pengantar Pelaksanaan Bk disekolah, Jakarta : Rineka Cipta